Popular Posts

Sunday, November 14, 2010

TANDA-TANDA CINTA ALLAH PADA HAMBA-NYA

1. Terjaga dari Dunia
Diantara tanda cinta Allah pada hamba-Nya ialah Dia menjaganya dari dunia. Dia tidak membiarkan dunia memakan dan menguasainya. Dia tidak akan membiarkan kita selam 24 jam hanya melulu melihat dunia.
Jika kita dapatkan selama 24 jam mengingat Allah, maka itu tanda-tanda cinta Allah.
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman –dan Dia mencintai– seperti kalian menjaga makanan dan minuman orang sakit (di antara) kalian, karena kalian takut pada (kematian) nya”. (HR. Al-Hakim, Ibnu Abi Ashim dan Al-Baihaqi)
Nabi SAW bersabda, “Jika kamu melihat Allah memberikan dunia pada hamba-Nya karena maksiat yang ia sukai, maka itu hanya penguluran waktu belaka.”
Lalu Rasul SAW membaca ayat, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

2. Keshalihan
Diantara cinta Allah adalah Dia menjadikan hamba-Nya hamba yang shalih. Jika kita dapatkan diri kita menuju pada keshalihan, meski dititik awal keshalihan, tetapi kita setiap hari selangkah lebih maju menuju keshalihan itu. Maka tiu adalah tanda cinta Allah kepada kita.
Saudariku yang enggan memakai jilbab, tetapi mereka mulai menuju ke arah keshalihan, maka ia sedang berjalan di lorong cinta Allah. Alasannya hadits ini:
Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci. Tetapi Dia tidak memberikan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia cintai. Maka barangsiapa diberi (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai oleh-Nya.” (HR. Imam Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Jika kita dapatkan diri kita mengarah ke arah keshalihan, maka itu tanda cinta Allah kepada kita.

3. Memahami Agama
Diantara cinta Allah adalah memahami agama.
Ini adalah persoalan bertahap seperti keshalihan. Artinya, kita akan mendapatkannya sedikit demi sedikit. Pertama kali kita mungkin tidak mengenal tajwid, lalu kita memulai dengan mempelajari tajwid, lalu menghapal satu juz dari Al-Qur’an. Ini adalah tanda cinta Allah.

4. Kelembutan
Diantara cinta Allah adalah kelembutan. Dia akan menjadikan hamba-Nya sosok yang tenang. Pribadi yang emosional dan mudah bergejolak hanya karena hal-hal yang sepele akan merasakan bahwa sifat kelembutan ini begitu jauh darinya. Nabi SAW bersabda,
Jika Allah menginginkan kebaikan penghuni satu rumah, maka Dia masukkan kelembutan.” (HR. Imam Ahmad, Al-Hakim dan At-Tirmidzi)

5. Mudah Melakukan Ketaatan
Diantara tanda cinta Allah pada hamba-Nya, Dia akan memudahkan hamba-Nya melakukan ketaatan. Dia akan membuka baginya jalan-jalan ketaatan.

6. Sulit Melakukan Maksiat
Diantara tanda cinta Allah pada hamba-Nya ialah kesulitan melakukan maksiat. Ia tidak akan bisa melakukan maksiat, dan jika ia terbiasa melakukan maksiat, maka ia akan merasakan itu sangatlah sulit sehingga ia tidak bisa melakukan itu. Itulah tanda cinta Allah.

7. Husnul Khatimah (Akhir yang Baik)
Diantara tanda cinta Allah, Dia menutup umurnya dengan amal shalih. Ia mati dalam keadaan melakukan amal shalih. Ini sangat penting, sebagian manusia menghabiskan umurnya dalam keadaan bermaksiat pada Allah.
Abu Bakar ra berkata, “Jika satu kakiku di dalam surga, dan kaki yang lain diluar surga, maka aku belum aman.”
Maka jika kita melakukan maksiat, takutlah pada kematian, dan hati-hatilah kalau kita mati dalam keadaan melakukan maksiat.
Diantara tanda cinta Allah, Dia akan mewafatkan hamba-Nya dalam keadaan melakukan amal shalih.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memaniskannya.” Sahabat bertanya, “[/i]Apa itu memaniskannya ya Rasulullah[/i]?” Ia berkata, “Dia akan memberikan ia petunjuk untuk melakukan kebaikan saat menjelang ajalnya, sehingga tetangganya akan meridhai, –atau ia berkata—orang sekelilingnya.” (HR. Al-Hakim)



KITA sering mendengar istilah cinta. Malah, kita pun banyak kali bercinta. Cinta ada kuasa dan kuasa atau kekuatan cinta sebenarnya bukan sekadar yang dilihat dalam filem, tetapi cinta mesti dihayati dan memerlukan pengorbanan.
Jika kita bercerita mengenai cinta, kita perlu ada satu persamaan. Ibarat memutar satu lagu di radio, lagu yang diputar biarlah melalui frekuensi yang betul. Maknanya “get the same channel.”
Gelombang yang betul baru dapat mendengar suara yang betul. Jadi, cinta sejati ialah cinta yang “online” (berhubung langsung) antara sebut dan buat.
Apabila memperkatakan cinta, perlu ada kejujuran dan pengorbanan. Cinta ialah memberi dan bukannya mendapat.
Cinta bukannya “apa yang saya dapat dari awak” tetapi cinta ialah “apa yang saya boleh lakukan untuk awak.” Jika mahu orang mencintai kita, kitalah mesti mencintai orang itu terlebih dulu.
Apa itu cinta? Cinta jika diperhatikan pada perkataan Inggeris “love” membawa makna “loyal to the principal” iaitu orang bercinta mesti ada ciri ketaatan pada prinsip.
Jika seorang pekerja yang cinta pada syarikat, mesti ikut prinsip syarikat, jangan langgar peraturan, barulah dinamakan cinta.
Cinta pada keluarga, tunai tanggungjawab pada keluarga. Orang tidak akan menggadai maruah negara dengan rasuah dan pelbagai penipuan jika betul cinta pada negara.
“O” maknanya “obey hot feeling” iaitu buat tanpa berbelah bahagi. Dalam Islam menganjurkan kepatuhan “kami dengar dan kami taat.” Taat bukan saja di akal tetapi di hati yang paling dalam.
“V” ialah “victory”. Orang bercinta mesti memenangkan orang yang dicintai. Jika cinta pada negara, menangkan negara, cinta pada keluarga utamakan keluarga, cinta pada syarikat utamakan syarikat dan cinta pada agama utamakan Allah.
Orang suka pada jenama. Pakaian berjenama, kasut berjenama, sehingga sanggup bayar harga yang mahal untuk jenama berkenaan.
Jika cinta pada Allah biarlah berorientasikan Allah. Maknanya utamakan Allah. Jika makan cari yang halal, jika berpakaian biar menutup aurat. Tetapi kadang-kadang kasut berjenama tetapi solat tidak berjenama.
“E” ialah “enlightment” iaitu sejajar. Jadi, jika orang bercinta biarlah sejajar sehingga tidak boleh dipisahkan lagi. Itu namanya sehati sejiwa.
Kita bersama dengan yang dicintai, tidak boleh dipisahkan lagi seperti air kopi, sebati tidak boleh dipisahkan antara air, gula dan kopi, sebab sudah sebati.
Begitu juga air yang masin. Air dan garam tidak boleh dipisahkan. Jadi, cinta pada Allah juga biarlah sebati dengan jiwa, darah dan daging. Begitu juga cinta pada al-Quran, negara, kerjaya dan keluarga kena sebati.
Jika kita ingati, ketika Aisyah r.a ditanya orang mengenai perangai Rasulullah s.a.w, jawab Aisyah perangai Rasulullah ialah al-Quran. Maksudnya Rasulullah dan al-Quran tidak boleh dipisahkan.
Bilal bin Rabah apabila ditindih dengan batu besar atas dirinya, kalimah “ahad-ahad” (esa) yang keluar daripada mulutnya ialah lambang cinta pada Allah.
Wallahualam.

No comments:

Post a Comment